Sabtu, 14 November 2015

ETIKA BISNIS


BAB I
  PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran di sini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu. Di dalam praktik bisnis tidak ada seorang pun yang ingin menderita rugi, karena laba merupakan basis kelangsungan hidup perusahaan. Pada kondisi bisnis yang penuh persaingan dewasa ini,  berbisnis secara etis sekaligus mencari laba maksimal sepertinya tidak mungkin dilakukan. Banyak pelaku bisnis yang meniggalkan etika yaitu melakukan perbuatan-perbuatan menyimpang dari nilai dan norma moral yang diterima umum dalam masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.     Apa yang dimaksud dengan etika bisnis?
2.     Siapa saja pelaku dalam etika bisnis?
3.     Apa saja prinsip etika dalam berbisnis?
4.     Apa saja faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran etika bisnis?

1.3 TUJUAN PENULISAN
1.     Untuk mengetahui pengertian etika bisnis
2.     Untuk mengetahui pelaku dalam etika bisnis
3.     Untuk mengetahu prinsip etika dalam berbisnis
4.     Untuk mengetahui faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran etika bisnis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran di sini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu.

2.2 PELAKU DALAM ETIKA BISNIS
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang atau organisasi yang dikenal sebagai stakeholders (pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu, para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sangat sering berperan untuk kerberhasilan dalam berbisnis.

2.3 PRINSIP ETIKA DALAM BERBISNIS
1.     Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang akan menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak.
2.     Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnisnya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril.
3.     Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan sesuai dengan aturan yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
4.     Prinsip saling menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.
5.     Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalan dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.

2.4FAKTOR-FAKTOR PEBISNIS MELAKUKAN PELANGGARAN ETIKA BISNIS
1.     Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2.     Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan memaksimumkan hal terbaik bagi orang sebanyak mungkin)
3.     Menurunnya formalism etis (moral yang berfokus pada maksud yang berkaitan dengan perilaku dan hak tertentu)
4.     Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis adalah mencari keuntungan semata, bukan kegiatan sosial)
5.     Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis
6.     Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai bahan, material berbahaya
7.      Rendahnya tanggung jawab social atau CSR (Corporate Social Responsibility)
8.     Undang-undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan ekonomi masih kurang
9.     Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak-hak konsumen

2.5 CONTOH PELANGGARAN ETIKA BISNIS
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
ANALISIS :
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran. Perusahaan besarpun berani untuk mengambil tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang minimal mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya . Dalam kasus HIT sengaja menambahkan zat diklorvos untuk membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker hati dan lambung.
Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang dengan memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi seharusnya perusahaan juga memikirkan efek buruk apa saja yang akan  konsumen  rasakan bila dalam penggunaan jangka panjang. Sebagai produsen memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·        Masih banyak pelanggaran-pelanggaran etika dalam berbisnis
·        Banyak faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran etika bisnis
3.2 Saran
Sebaiknya para pelaku bisnis lebih memperhatikan keselamatan, kesejahteraan dan kesehatan baik para karyawannya maupun masyarakat disekitar perusahaan. Serta lebih mematuhi peraturan perundang-undnagan yang berlaku di Indonesia dan menjunjung tinggi norma dan etika yang berlaku dimasyarakat tidak semata-mata mementingkan keuntungan yang tinggi saja.
 DAFTAR PUSTAKA